Jumat, 05 April 2024

REWRITE MY HEART

Pengarang : Esterspy / Penerbit   : Akad x Skuad

Pagi  ini Sagara terlihat sudah rapi mengenakan kaos polos hitam dengan celana santai warna krem. Dia berdiri didepan pintu rumah sambil memegang botol air mineral, satu tangannya yang bebas terulur hendak menekan bel di samping pintu rumah. Namun, pintu itu lebih dulu terbuka dari dalam dan memunculkan seseorang yang ingin dia temui.


Minum dulu."Ucapan Sagara membuat Kiana langsung menerima air mineral hangat itu sambil menyerahkan handbag-nya pada Sagara. "Pegangin." "Minumnya sambil duduk, Na," ucap Sagara yang membuat Kiana langsung menjatuhkan bokongnya di kursi jati yang berada di dekat pilar depan rumah.


Sembari menunggu Kiana minum, Sagara berjalan untuk menutup pintu rumah, lalu lelaki itu beralih membuka pintu mobil dan meletakkan tas Kiana di kursi sebelah pengemudi. Kiana masuk ke dalam mobil Rolls Royce Wraith hitam milik Sagara yang perempuan itu sendiri tidak tahu kapan Sagara membelinya selama 18 hari berada di Indonesia. Ya, memang lelaki itu meminta cuti kepada University of Queensland- kampusnya, selama 20 hari untuk mengunjungi Kiana di Indonesia, sekaligus karena ingin mengenang masa remajanya dulu di negara ini.


Hari ini Sagara akan mengantar Kiana ke kampusnya karena perempuan itu memiliki jadwal kuliah pagi. Selama duduk di mobil, Kiana terlihat fokus pada laptop di pangkuannya saja karena ada beberapa tugas yang belum selesai dia kerjakan. Sama dengan Sagara, Kiana sekarang berada di tahun kedua kuliah dan mengambil jurusan Business and Economics. “Saga, ini udah bener?” tanya Kiana sambil menunjukkan layar laptopnya pada Sagara karena lampu lalu lintas sedang berganti merah. Sagara menoleh dan membaca apa yang ditulis Kiana di sana. “Analyzing scenarios and the suitable conclusions.” Kiana mengembuskan napas dan bertanya dengan nada lelah. “Yaaah, harus ditambahin lagi?” Sagara menggangguk. “Kalau hasilnya mau sempurna, harus capek dulu, Na.” Di dunia perkuliahan ini sungguh Kiana hampir tidak pernah merasakan pusing karena tugas atau tidak tahu cara mengerjakannya, karena Sagara selalu membantunya dari Australia, yang mana setiap materi yang Kiana berikan pasti sudah lelaki itu pelajari di kampusnya. “Nanti aku yang bantu,” ucap Sagara sambil mengelus lembut kepala Kiana.


Setelah menghabiskan waktu 30 menit di jalan, akhirnya mobil itu tiba dan memasuki area kampus Kiana. Segera perempuan itu memasukkan laptopnya ke dalam tas dan membuka cermin di bagian atas mobil, untuk mengecek bagaimana tatanan rambutnya setelah diusap Sagara barusan. Sagara sudah menghentikan mobil di pekarangan kampus Kiana, tetapi sudah lima menit menunggu Kiana tetap tidak kunjung keluar. Tentu saja Sagara menunggu dengan sabar, mungkin Kiana membutuhkan waktu untuk mempersiapkan hatinya bertemu orang banyak. Kiana hanya duduk dengan tas di pangkuannya sambil menatap ke luar jendela yang mulai dipenuhi oleh orang-orang. Setelahnya perempuan itu memalingkan wajah ke arah Sagara yang juga tengah menatapnya.


Tinggal dua hari,” ucap Kiana tiba-tiba hingga membuat alis Sagara mengerut bingung. “Dua hari lagi aku ke kampus sendirian lagi.” Sagara tertawa setelah mengetahui maksud perempuan yang paling ia sayang di dunia itu. Setelahnya lelaki itu mengambil tangan kiri Kiana beserta tangan kirinya juga.“Let these rings reminds you of me.” Kiana ikut memperhatikan jari manis di tangan kirinya Yang sejak sebulan lalu terpasang sebuah batu permata yang paling langka di dunia, berlian berwarna merah muda, The Graff Diamond ring, yang dibeli dengan harga 528 miliar. “Nyangka enggak kalau kita bakal sampai di titik ini?” tanya Sagara sambil membelai tangan Kiana yang berada di genggamannya. “Nyangka.” “Kenapa bisa? Kita lost contact dua tahun?” Kiana menatap Sagara dengan tatapan yang membuat lelaki di hadapannya itu ingin sekali mengurungnya di dalam dunia yang tidak terdapat siapapun selain mereka.


“What belongs to me, will simply find me.”


Setelah mengatakan itu Kiana memundurkan punggungnya, menjauh dari Sagara karena walau sudah menjadi sahabatnya sejak umur 3 tahun, dan menjadi tunangannya selama satu bulan lebih, tetap saja Kiana kesulitan bernapas normal jika berhadapan dengan lelaki keturunan Australia itu. Sagara mengangguk-anggukkan kepalanya sambil ikut bersandar di kursinya.

“Sama. Aku juga nyangka kita bakal lebih dari ini.”


“Kok bisa?”


“What’s mine is mine. Entah satu tahun, dua tahun, lima tahun.

 

Deskripsikan. “Kak, Mbak mau masak dulu, ya.”


“Mbak maksudnya gimana? Mau ke mana jam tujuh? Mbak Lily?!” 


Kiana hampir berteriak untuk memastikan maksud dari perkataan Mbak Lily, tetapi perempuan itu sudah keburu menghilang dari pandangannya.


Kiana melihat jam yang menggantung di dinding ruang tamu. Sekitar dua jam lagi menuju jam tujuh, dan Kiana belum bersiap apa-apa. Memangnya dia mau ke mana? Ada acara apa? Jika hanya pertemuan bisnis antara orang tuanya dan para kolega, mengapa Kiana harus ikut?


Dengan lunglai Kiana menuju pintu lift dan menekan tombol lantai dua untuk pergi bersiap-siap di kamar pribadinya, yang tiap malam ia tempati untuk tidur dan menangis. Walau bagaimanapun, Kiana harus menuruti perintah mamanya jika ada pertemuan seperti ini untuk menjaga nama baik orang tuanya. Kiana memilih dress-dress biasa di lemarinya yang sudah pernah ia pakai. Tentu saja acara malam ini bukanlah acara spesial karena hanya melibatkan banyak orang tua, jadi Kiana merasa tidak harus menunjukkan penampilan yang ekstra.


Namun, saat Kiana beralih memasuki kamar mandi, dan berendam di bathup, matanya menangkap sebuah dress yang dilapisi gantungan anti air yang tergantung di dinding kamar mandi. Sebuah gown dress berwarna burgundy panjang, dengan kilauan permata di sekitar dadanya.


Kiana terpaku sebentar. Apakah gaun indah dan mewah itu untuknya? Merasa banyak sekali pertanyaan untuknya, Kiana segera menyelesaikan proses membersihkan tubuhnya dan segera keluar dari kamar mandi.


Perempuan itu masih mengenakan handuk ketika ia memanggil Mbak Lily lewat telepon khusus yang menyambungkan setiap orang di rumah. 


“Mbak Ly, dress”


Pakai dress-nya untuk malam ini, Kak. Selebihnya Mbak enggak tau lagi, maaf ya, Kak.”


Kiana yang belum selesai berbicara, sudah terlebih dahulu diputuskan sambungan teleponnya oleh Mbak Lily.


Dengan kebingungan Kiana segera kembali ke kamar mandi dan mengambil gown dress burgundy yang sejak tadi menarik atensinya.


Kiana sungguh tidak tahu apa yang terjadi, otaknya seperti menyuruh dirinya untuk melawan rasa malas mengenakan semua hal yang sudah lama tidak ia gunakan, tetapi entah mengapa saat ini seperti ada dorongan di dalam hati Kiana yang berkata bahwa malam ini dirinya harus tampil cantik dan menawan.


Setelah mengesampingkan kemalasan dan kebingungannya, Kiana mulai merias wajah beserta rambutnya, menatap wajahnya di cermin dengan suara hati yang memenuhi seisi ruangan ini, meminta agar semesta memberikan malam ini menjadi malam yang bahagia di hidupnya.


“Kiana, cantik,” bisik Aletta saat Kiana sudah duduk di salah satu kursi di sebelahnya. “Anak gadis Mama yang paling cantik.”


“Yang paling cantik karena satu-satunya,” jawab Kiana dengan suara pelan sambil memperhatikan seisi gedung yang megah nan besar, tetapi hanya diisi oleh sebagian kecil orang. “Kia dari dulu pengen punya Kakak atau Abang, atau Adek deh, tapi ternyata tetap jadi anak tunggal.”


Aletta tersenyum mendengar ucapan putrinya. “Makanya di masa depan, kamu dong....


“Kia apa, Ma?”


“Kalau punya baby jangan dijadiin anak tunggal.”


Kiana mendelik ke arah Aletta. Mengapa mamanya harus berbicara tentang hal seperti ini di luar rumah?


“Ngapain juga mikirin ginian, calon aja enggak punya.” Kiana melipat tangannya di atas paha yang berlapis gaunnya, kemudian kembali melihat ke depan, di mana papanya sedang berbicara bersama beberapa rekan bisnis.


“Mama penasaran, kamu pengen punya suami modelan kayak Papa, enggak?” tanya Aletta, tidak membiarkan Kiana merasa bosan malam ini.


Kiana mengangguk cepat agar pembicaraan mamanya tidak menjalar ke mana-mana. Dirinya sedang tidak ingin membahas pasangan untuknya yang selalu dinanti-nantikan mamanya.


“Jawab yang bener, iya atau enggak?”


“Iya, Ma. Semua sifat Papa selain sibuk kerjanya, aku mau ada di pasangan aku nanti. Yang sabar, baik sama semua orang, kerja keras, masculine energy, tinggi, emosinya stabil, mapan, suka ngingetin pasangannya buat minum air mineral”


“Papa bukan tipe suami yang suka ngingetin Mama minum karena sering ke luar kota, kamu lagi gambarin siapa?”


Telak! Kiana tidak tahu harus menjawab apa pada mamanya yang sekarang tersenyum menggoda ke arahnya.


“Enggak sekalian bilang laki-laki keturunan Australia, yang sekarang mewarisi perusahaan raksasa multinasional itu?”


“Oh c’mon, Ma, aku sedang enggak bicarain dia!” Dengan kesal Kiana melipat tangannya di dada, dan mengembuskan napasnya kasar, tetapi saat wanita itu ingin menghela napas, ada belaan lain di dekat telinganya yang otomatis membuat Kiana menoleh kaget. “Terus bicarain siapa, Na?”


Mulut dan mata Kiana membulat lebar, sontak Kiana memundurkan tubuhnya hingga ia hampir terjatuh jika saja orang yang barusan berbicara itu tidak menahan punggungnya.


“It’s a pleasure to meet you again, Ms. Kiana Sharetta.”


Tidak mungkin.


Sagara Carrington Aiden!


Sahabat masa kecilnya datang dan berdiri di sampingnya dengan memakai kemeja putih dan jas hitam yang begitu serasi dengan gaun Kiana. Perempuan itu tidak bisa menahan keterkejutannya sampai Sagara menjauhkan tubuhnya sendiri, dan duduk di kursi sampingnya.


Kiana belum selesai dengan keterkejutannya saat pintu gedung mewah itu terbuka dan memunculkan keluarga besar Sagara di sana. Semua menjadi pertanyaan di kepala Kiana saat melihat untuk pertama kalinya Callista, Oma Sagara, saudara-saudaranya yang lain, tak terkecuali Baravey yang berjalan di tengah-tengah gedung menuju ke depan.


Sungguh Kiana ingin bertanya pada Mamanya, tetapi keberadaan Sagara di sampingnya benar-benar membuatnya mati kutu!


Saat Kiana masih asyik dengan pikirannya, Aletta berdiri dan berbisik di telinganya. “This is getting serious, ikuti kata hati kamu,” ucap Aletta semakin membuat Kiana tidak mengerti apa- apa. “Mama sayang kamu.


“Ma? Maksudnya gimana, Ma? Ma?!” Pertanyaan Kiana terpotong karena mamanya sudah terlebih dahulu pergi ke depan, menyisakan meja ini hanya terdapat Kiana dan Sagara saja.


Astaga, Kiana tidak tahu apa yang harus ia lakukan di samping Sagara seperti ini.Yang bisa perempuan itu lakukan di kursinya adalah hanya memilin gaunnya sendiri untuk menghilangkan rasa gugup di hatinya. Kiana ingin menyumpah serapahi diri sendiri yang menurutnya bereaksi sangat berlebihan di samping Sagara, laki- laki yang sudah ia kenal sejak berumur 3 tahun!


"Kiana...."


Sagara memanggil, mau tidak mau Kiana menoleh, dan perempuan itu langsung terkejut melihat apa yang ia lihat di depan matanya sekarang. Penampilan Sagara yang tadinya tampak kaku dan formal. kini terlihat sangat imut dan lucu di mata Kiana karena lelaki itu menatapnya dengan tatapan polos dan garis senyum di bibirnya. Mereka sudah lost contact bertahun-tahun, tetapi entah kenapa Kiana seperti bisa menebak bahwa lelaki itu juga sama gugupnya. "I'm doing good in Australia, I'm busy with college, and I've never been in a relationship," jelas Sagara dengan cepat membuat alis Kiana mengerut. "Jadi jawabannya 'iya' atau 'iya' aja, oke, Na?" Kiana semakin tidak mengerti, tetapi semua tanda tanya yang bersarang di kepalanya seketika berubah menjadi rasa terkejut yang membuatnya sampai berdiri di depan kursi saat dengan tiba-tiba Sagara berlutut di depannya, dengan kaki kiri yang berada di lantai. Segera setelah itu gedung yang tadinya berisik, seketika menjadi hening ketika Sagara membuka sebuah benda berbentuk kotak berwarna putih yang sukses membuat Kiana menutup mulutnya terkejut. Apalagi ketika Sagara mengambil tangan kanannya dan meletakkan sebuah cincin berlian berwarna merah muda, The Graff Diamond ring.


"Let me be your man," ucap Sagara sambil menatap Kiana dari bawah dengan tatapan penuh pengharapan. Mengapa Kiana diam saja? Apa selama mereka LDR Kiana sudah memiliki seorang laki-laki yang menggantikannya? Apa Kiana merasa jauh dari Sagara karena sudah sangat lama mereka tidak bersama-sama? Bagaimana jika Kiana menolak? Apa Sagara bisa melanjutkan hidupnya seperti biasa? Wajah Kiana yang tidak berekspresi membuat mata Sagara hampir kehilangan binarnya, tetapi seketika lelaki itu langsung merekahkan senyumnya saat bibir Kiana mulai menyunggingkan senyum ke arahnya dan mengangguk tanpa keraguan.


Kiana melihat ke sekelilingnya saat orang-orang di gedung mulai bersorak dan bertepuk tangan, ditambah dengan hiasan bunga-bunga indah dari atas yang dilempar memenuhi ruangan. Sagara memasang cincin itu ke tangan Kiana dengan perasaan yang sangat lega, sambil menarik kepala Kiana mendekat ke dadanya, lalu membisikkan suatu kalimat yang membuat senyum Kiana kembali terpancar. "I'll give you all of me, Na. You're my beginning and my end. This is the best feeling ever, I'm finally home."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar